Minggu, 08 November 2009

DAKWAH DAN POLITIK

1) Dakwah

Dalam Islam, dakwah sangatlah dianjurkan kepada umatnya dalam mengupayakan pada jalan kebenaran sesuai dengan tuntunan Nabi Besar Muhammad Saw, yang pada hakekatnya mendekatkan diri kepada Sang Kholiq.

Secara etimologi, kata dakwah sebagai bentuk mashdar dari kata do’a (fi’il madhi) dan yad’u (fi’il mudhari’) yang artinya memanggil (to call) - Mengundang (to in vite) - menggaak (to summer) - menyeru (to propo) - mendorong (to urge) dan memohon (to pray).

Quarai Sihab mendefinisaiknnya dakwah sebagai seruan atau ajakan kepada kainsyafan, atau usaha mengubah sesuatu yang tidak baik kepada sesuatu yang lebih baik terhadap pribadi maupun masyarakat (1992:194).

Dakwah merupakan suatu aktifitas atau kegiatan dalam menjadikan diri maupun orang lain kepada hal yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Dengan (proses penyampaian - sadar atau sengaja) menyerukan atau mengajak orang lain untuk senantiasa dalam mengamalkan segala ajaran Islam yang disunahkan oleh Rasulullah Saw.

Dakwah adalah usaha peningkatan kualitas pemahaman keagamaan dalam pandangan hidup dengan sikap yang sesuai dengan tuntunan syari’ah. Dan dalam berdakwah pun dapat dilakukan dengan berbagai metode (selama tidak menyalahi nilai-nilai), dari semua itu tujuan yang paling mendasar dalam kehidupan ialah mencari kebahagiaan dunia dan akhirat dengan dasar keridhaan Allah SWT.

Sebagai umat muslim, haruslah selalu siap dalam menjadikan diri lebih baik serta berdakwah demi tegaknya syari’at Islam di muka bumi ini. Dalam Al Qur’an menjelaskan bahwasannya sesama manusia senantiasa saling membantu dalam kebajikan, saling mengingatkan antara yang hak dan yang bathil. Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an, surah An Nahl:125;
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.

Hikmah: ialah perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.

Sesungguhnya manusia yang paling beruntung ialah manusia yang selalu senantiasa mendekatkan dirinya kepada Allah SWT dalam berbagai bidang kehidupan serta mendengar segala hal-hal yang baik (ajaran Islam). Allah SWT berfirman dalam Al Qur’an, surah An Nur:51;
Artinya: Sesungguhnya jawaban oran-orang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan. "Kami mendengar, dan kami patuh". dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung.


1) Politik


Ilmuan politik Mark Reolofs mengatakan dengan sederhana, ”Politik adalah Pembicaraan”, atau lebih tepat, kegiatan politik (’berpolitik’) adalah berbicara. Ia menekankan bahwa politik tidak hanya berbicara, juga tidak semua pembicaraan adalah politik. Akan tetapi, hakikat pengalaman politik, dan bukan hanya kondisi dasarnya, ialah bahwa ia adalah kegiatan berkomunikasi antara orang-orang.
Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik (politics) atau kepolitikan. Di Indonesia kita teringat pepatah gemah ripah loh jinawi. Orang Yunani kuno terutama Plato dan Aristoteles menamakan sebagai en dam onia atau good life.

Politik sangat penting, karena sejak dahulu masyarakat mengatur kehidupan kolektif dengan baik mengingat masyarakat sering menghadapi terbatasnya sumber alam, atau perlu dicari satu cara distribusi sumber daya agar semua warga merasa bahagia dan puas. Ini adalah politik.

Bagaimana menggapai tujuan yang mulia itu? Usaha itu dapat dicapai dengan berbagai cara, yang kadang-kadang bertentangan dengan satu lainnya. Akan tetapi semua pengamat setuju bahwa tujuan itu hanya dapat dicapai jika memiliki kekuasaan suatu wilayah tertentu (negara atau sistem politik). Kekuasaan itu perlu dijabarkan dalam keputusan mengenai kebijakan yang akan menentukan pembagian atau alokasi dari sumber daya yang ada.

Konsep sistem politik merupakan pokok dari gerakan pembaharuan yang timbul dalam dekade 50-an. Gerakan ini ingin mencari suatu new science of politics dan lebih terkenal dengan istilah pendekatan tingkah laku oleh karena mengemukakan tingkah laku politik sebagai fokus utama dari penelitian, dan terutama menekankan struktur dan fungsi tingkah laku.

Kata politik berasal dari kata politic (Inggris) yang menunjukan sifat pribadi atau perbuatan. Secara leksikal, kata asal tersebut berarti acting or judging wisely, well judged, prudent. Kata ini terambil dari kata Latin politicus dan bahasa Yunani (Grek) politicos yang berarti relating to a citizen. Politik kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan tiga arti, yaitu:
”Segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan sesuatu negara atau terhadap negara lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan juga dipergunakan sebagai nama baik sebuah disiplin pengetahuan, yaitu ilmu politik”.

Istilah politik pertama kali dikenal melalui buku Plato yang berjudul Politeia yang juga dikenal dengan Republik. Kemudian muncul karya Aristoteles yang berjudul Politeia. Dari kedua karya tersebut dapat diketahui bahwa politik merupakan istilah yang dipergunakan untuk konsep pengaturan masyarakat, sebab yang dibahas dalam kedua buku tersebut adalah soal-soal yang berkenaan dengan masalah bagaimana pemerintah dijalankan agar terwujud sebuah masyarakat politik atau negara yang paling baik.

Dari berbagai definisi yang ada ditemukan dua kecenderungan pendefinisian politik. Pertama, pandangan yang mengkaitkan politik dengan negara, yakni dengan urusan pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah; kedua, pandangan yang mengkaitkan dengan kekuasaan, otoritas dan atau dengan konflik.

Perbedaan kecenderungan ini erat kaitannya dengan pendekatan tradisional dan pendekatan prilaku. Pendekatan tradisonal meliputi beberapa pendekatan; misalnya pendekatan historis yang menekankan pembahasannya pada perkembangan partai-partai politik, perkembangan-perkembangan hubungan politik dengan luar negeri, dan perkembangan ide-ide politik yang besar.

Bentley dalam analisa tentang bidang-bidang yang menarik yang secara kasar jatuh dalam daerah yang secara umum dikenal sebagai politik. Baginya politik lebih merupakan aktivitas tingkat tinggi yang dilakukan secara luas oleh kelompok-kelompok, yang mencerminkan atau mewakili berbagai kekuatan yang terdapat dalam masyarakat.
Menurut Deliar Noer, politik adalah segala aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi, dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu macam bentuk susunan masyarakat.

Politik sebagai kegiatan dikemukakan pula oleh Miriam Budiardjo; pada umumnya dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu.

Politik adalah siapa memperoleh apa, kapan, dan bagaimana; pembagian nilai-nilai oleh yang berwenang; kekuasaan dan pemegang kekuasaan; pengaruh; tindakan yang diarahkan untuk mempertahankan atau memperluas tindakkan lainnya. dari pandangan yang beragam itu ada persesuaian umum bahwa politik mencakup suatu yang dilakukan orang; politik adalah kegiatan.

Politik, seperti komunikasi, adalah proses; dan seperti komunikasi, politik melibatkan pembicaraan. Ini bukan pembicaraan dalam arti sempit seperti kata yang diucapkan, melainkan pembicaraan dalam arti yang lebih inklusif, yang berarti segala cara orang bertukar simbol-kata-kata yang dituliskan dan diucapkan, gambar, gerakan, sikap tubuh, perangai dan pakaian.

Politik merupakan aktivitas atau sikap yang berhubungan dengan kekuasaan dan yang bermaksud untuk mempengaruhi dengan jalan mengubah atau mempertahankan suatu bentuk susunan masyarakat. (Deliar Noer, 1983 : 3)


.....................................................................................................................................!!!!!!!!
So... dalam dakwah, politik bukanlah suatu hal yang bertentangan, namun dalam kaitan ini politik sangat menentukan proses dalam berdakwah tersebut. Politik yang kita pandang selama ini dalam hubungan dakwah, bukanlah politik yang memfokuskan dengan mempertahankan atau merebut kekuasaan semata. Politik yang dimaksud dalam hubungannya dengan dakwah ialah politik bagaimana cara dalam berdakwah sehingga dakwah yang dilakukan (bil-lisan) maupun (bil-hak) dapat diterima dan dapat meresap kepada mad’u. Sehingga dakwah yang dilakukan tidak hanya semata-mata ocehan belaka.

Dakwah yang dilakukan oleh Ustadz-ustadz di Indonesia kebanyakan menggunakan dakwah bil-lisan, hanya mengandalkan hafalan dan suara yang lantang....namun pertanyaannya...apakah mad’u yang mendengarkan dapat menerima dengan baik, memahami intisari ceramah tersebut, dan apakah mampu merubah sedikit-banyaknya cara pandang/ fikir maupun sikap.

Politik bukanlah sesuatu hal yang tidak baik atau sesuatu hal yang dipandang hitam-putih seketika (abu-abu) namun poltik tersebut pada dasarnya adalah suatu cara bagaimana tujuan yang dicapai atau menjadi target dapat tercapai dengan baik.

Seperti uraian di atas, Politik sebagai kegiatan dikemukakan pula oleh Miriam Budiardjo; pada umumnya dikatakan bahwa politik (politics) adalah bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik (atau negara) yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu. Dan dalam berdakwah, bagaimana dakwah tersebut agar mencapai tujuan dasarnya yaitu merubah sesuatu hal yang kurang baik menjadi lebih baik lagi kedepannya.

Di samping itu dakwah juga sangat berkaitan dengan kekuasaan dalam pemerintahaan, maksudnya kekuasaan di sini mempunyai arti jika dalam berdakwah tidak mempunyai sesuatu kekuatan yang dapat mendukung proses berjalannya dakwah, maka dakwah tersebut akan sia-sia dan akan berhenti begitu saja. Seandainya dalam sistem pemerintahan Indonesia, Islam tidak mempunyai kekuatan dalam pemerintahan, maka niscaya dakwah tersebut tidak akan dapat berjalan sesuai dengan apa tujuan yang diharapkan.

Maka dari itu, khususnya kaum muda yang akan mengisi kekosongan di masa akan datang haruslah mempersiapkan diri dalam dunia politik demi menegakan panju-panji Islam di muka bumi yang tercinta ini. Dengan kekuatan politik Islam akan dapat lebih diterima dan dapat lebih maju. Politik dalam berdakwah bukanlah mencari kepopuleran pribadi semata dengan background keislaman, malainkan dengan politik dalam berdakwah akan lebih memuluskan jalannya dakwah dari segi penyampaian, penerimaan dan proses pelaksanaannya dakwah tersebut kepada setiap insan di muka bumi ini.

So... dalam perpolitikan jika tidak diiringi dengan keimanan maka politik tersebut akan berdampak negatif dan akan menghasilkan negatif pila, namun jika dalam perpolitikan diiringi dengan keimanan maka politik itu akan berdampak positif dan hasilnya pin akan positif pila. Oleh karena itu dalam perpolitikan harus diiringi dengan keimanan sehingga Islam dan negara pun akan lebih maju dan lebih kuat sehingga dakwah pun dengan mudah dilakukan...... dari semua itu haruslah mempunyai prinsip sangat mendasar, berdakwah maupun berpolitik harus karena Allah SWT,. Lillahi ta’ala.

Minggu, 25 Oktober 2009

TEORITIK SEMIOTIKA (Charles Sanders Pierce)

TEORITIK SEMIOTIKA (Charles Sanders Pierce)
Oleh : Noviyanto (Viyant)
Univ. Islam Negeri Syaririf Hidayatullah
Jakarta






Kata semiotika di samping kata semiologi sampai kini masih dipakai. Selain istilah semiotika dan semiologi dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah lain seperti semasiologi, sememik, dan semik untuk merujuk pada bidang studi yang mempelajari makna atau arti suatu tanda atau lambang (Alex Sobur, 2004:11).

Kata semiotika itu sendiri berasal dari bahasa Yunani, semeion yang berarti “tanda” (Sudjiman dan Zoest, 1996:vii) atau seme, yang berarti “penafsir tanda” (Cobley dan Jansz, 1996:4). Semiotika berakar dari studi klasik dan skolastik atas seni logika, retorika, dan poetika (Kurniawan, 2001:49). “Tanda” pada masa itu masih bermakna sesuatu hal lain. Contohnya, asap menandai adanya api (Alex Sobur, 2004:17).

Semiotik sebagai suatu model dari ilmu pengetahuan sosial memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut dengan “tanda”. (Alex Sobur, 2006:87). Dengan demikian semiotik mempelajari hakikat tentang keberadaan suatu tanda.

Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tentang suatu tanda (sign). Dalam ilmu komunikasi ”tanda” merupakan sebuah interaksi makna yang disampaikan kepada orang lain melalui tanda-tanda. Dalam berkomunikasi tidak hanya dengan bahasa lisan saja namun dengan tanda tersebut juga dapat berkomunikasi. Ada atau tidaknya peristiwa, struktur yang ditemukan dalan sesuatu, suatu kebiasaan semua itu dapat disebut tanda. Sebuah bendera, sebuah isyarat tangan, sebuah kata, suatu keheningan, gerak syaraf, peristiwa memerahnya wajah, rambut uban, lirikan mata dan banyak lainnya, semua itu dianggap suatu tanda (Zoezt, 1993:18).

Menurut Eco, tanda akan selalu mengacu pada sesuatu hal (benda) yang lain, yang disebut referant. Lampu merah mengacu pada jalan berhenti, wajah memerah mengacu pada tersipu malu atau kebahagiaan, air mata mengacu pada kesedihan. Apabila hubungan antara tanda dan yang diacu terjadi, maka dalam benak orang yang melihat atau mendengar akan timbul pengertian (Eco, 1979:59).

Dari beberapa tokoh semiotik, ada 2 (dua) yang sangat ternama, yaitu seorang linguis yang berasal dari Swiss bernama Ferdinand de Saussure (1857-1913) dan seorang filsuf Amerika yang bernama Charles Shanders Peirce (1839-1914). Pierce menyebut model sistem analisisnya dengan semiotik dan istilah tersebut telah menjadi istilah yang dominan digunakan untuk ilmu tentang tanda, tetapi keduanya berfokus pada tanda. Semiotik adalah ilmu yang mempelajari tentang tanda (sign), berfungsinya tanda dan produksi makna (Sumbo Tinarbuko, 2008:12). Tanda-tanda tersebut menyampaikan suatu informasi sehingga bersifat komunikatif. Ia mampu menggantikan suatu yang lain yang dapat dipikirkan atau dibayangkan. Cabang ilmu ini semua berkembang dalam bidang bahasa kemudian berkembang pula dalam bidang seni rupa dan desain komunikasi visual (Sumbo Tinarbuko, 2008:16).

Aart van Zoezt menuturkan Charles Sanders Pierce adalah salah seorang tokoh filsuf yang paling orisinil dan multidimensional, begitupun komentar Paul Cobley dan Litza Jansz (1999:20), Pirce adalah seorang pemikir yang argumentatif (Alex Sobur, 2005:39).
Pierce terkenal dengan teori tandanya. Di dalam lingkup semiotika, Pierce, sebagaimana dipaparkan Lechte (2001:227), seringkali mengulang-ulang bahwa secara umum tanda adalah yang mewakili sesuatu bagi seseorang (Alex Sobur, 2005:39).

Charles Sanders Pierce, seorang ahli filsafat dari Amerika, menegaskan bahwa kita hanya dapat berfikir dengan sarana tanda. Sudjiman dan Van Zoest, (1966:vii) mengatakan bahwasanya “sudah pasti bahwa tanpa tanda kita tidak dapat berkomunikasi” (Alex Sobur, 2005.124).

Merujuk pada teori Pierce (Noth, 1995:45), berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda-tanda dalam gambar dan dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik. Diantaranya : ikon, indeks, dan simbol (Kris Budiman, 2005:56).
Pertama : Dengan mengikuti sifat objeknya, ketika kita menyebut tanda sebuah ikon.
Kedua : Menjadi kenyataan dan keberadaannya berkaitan dengan objek individual, ketika kita menyebut tanda sebua indeks.
Ketiga : Kurang lebih, perkiraan yang pasti bahwa hal itu diinterpretasikan sebagai objek denotaif sebagai akibat dari suatu kebiasaan ketika kita menyebut tanda sebuah simbol

Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah, atau dengan kata lain, ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Dan Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan diantaranya bersifat aibitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat (Alex Sobur. 2005).